PANGKALPINANG, SEDULANG — Profesor Saparudin, atau Prof. Udin, berbicara soal potensi masyarakat melalui pemanfaatan teknologi digital untuk menghasilkan produk yang bernilai ekonomi, pada seminar nasional bertema “Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi dalam Pengembangan Potensi Masyarakat untuk Mempercepat Hilirisasi yang Cakap dan Andal di Era Digital” di Institut Sains dan Bisnis (ISB) Atma Luhur, Kamis (1/8/2024).
Guru Besar Informatika Telkom University ini menyebutkan di hadapan ratusan mahasiswa, perkembangan teknologi tidak bisa diabaikan oleh generasi milenial dan Gen Z, sebagai generasi masa depan bangsa. Generasi ini pula yang akan menentukan arah dari pemanfaatan teknologi ke depan, baik atau buruk.
“Kita tidak bisa mundur ke belakang, tidak bisa berbalik arah. Kita harus terus menjalani ini semua. Kita akan terus menghadapi ini, dan tiba suatu saat di mana teknologi ini akan ada di dua jalan. Jalan yang akan merusak, menghancurkan kita semua, atau jalan yang akan menyampaikan kita kepada kesejahteraan,” ujarnya pada seminar yang dilaksanakan Asosiasi Perguruan Tinggi Komputer Bangka Belitung.
Hal inilah menurut Ketua Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Bangka Belitung tersebut, akan menjadi tantangan besar generasi muda, khususnya bagi mahasiswa ISB Atma Luhur, maupun pemuda lainnya di Bangka Belitung yang sekarang bergelut dengan teknologi, apakah kedepannya, Bangka Belitung mampu atau tidak bersaing di era revolusi industri 4.0.
“Tentu revolusi industri adik-adik di sini semua sudah paham, karena (teknologi) bagian dari hari-hari kita sebagai orang yang bergerak di bidang teknologi digital,” ungkapnya.
Di sisi ekonomi, Prof. Udin merasakan adanya arah kemajuan yang sedang dijalani oleh para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM), contoh sederhananya yaitu penggunaan QRIS sebagai pola transaksi yang sudah digunakan oleh sekitar 17,5 juta pelaku UMKM. Namun, hal itu belum cukup. Untuk itu, ia berharap kepada para mahasiswa sebagai agent of change, untuk dapat turut membawa UMKM beriringan dengan teknologi, tidak hanya pada pola transaksi, tetapi juga dalam pemasaran.
“Hari ini akibat dampak dari revolusi industri sudah kita rasakan, seperti sudah diretasnya data nasional. Itu ketakutan pertama. Kedua, bertambah banyaknya pengangguran dari generasi milenial dan Z akibat penggunaan teknologi digital. Sudah terjadi saat ini,” katanya.
“Untuk itu, ada beberapa tantangan yang kita hadapi. Membangun smart society: knowledge, science, problem solver, passion, innovative, and creative dengan mendayagunakan AI dan IoT terkini,” jelasnya.
Kemudian, kata Prof. Udin, membangun smart nation, smart province, dan smart city untuk sustain, dan support pemerataan kesejahteraan, pembangunan manusia seutuhnya dan ekonomi kerakyatan. Membangun smart economy untuk mendorong dunia usaha berinvestasi pada teknologi digital dan sumber daya manusia.
“Untuk menghadapi ini semua, di situ ada lima pilar revolusi industri ke 4.0. Lima pilar ini mainan kita di perguruan tinggi yang keseharian bebicara teknologi. Manfaatkan semua potensi, termasuk UMKM di belakangnya, karena kontribusi UMKM di Indonesia terhadap PDB per kapita mencapai 61 persen. Kekuatan UMKM memang menjadi kekuatan besar di Indonesia,” pungkasnya. (Rz)