PANGKALPINANG, SEDULANG — Provinsi Bangka Belitung dikenal dekat dengan sosok Soekarno. Presiden pertama Indonesia ini menyimpan sejarah perjuangan di Kota Mentok pada masa pengasingan oleh Belanda, pasca proklamasi kemerdekaan, tepatnya pada 6 Februari 1949-9 Juli 1949.
Dari sini pula, di Kota Mentok, Soekarno meninggalkan legacy perjuangan dengan menggunakan jalur diplomasi bersama tokoh-tokoh besar lainnya. Semangat itu terus tumbuh dan dipahami betul oleh kader-kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), tak terkecuali oleh Saparudin atau Udin.
“Kemampuan kepemimpinan Soekarno contoh nyata bagi generasi sekarang bagaimana beliau memiliki karakter, sempurna dalam berorasi, juga hebat dalam berdiplomasi, sehingga kita sebagai negara yang baru merdeka saat itu, tetapi disegani dunia karena kepemimpinannya,” ujar Udin.
Bahkan, Soekarno telah melahirkan suatu dogma di tengah-tengah masyarakat yang dikenal sampai saat ini dengan sebutan “Soekarnoisme”. Sebuah ideologi dari rentetan kecerdasan, kepemimpinan, serta kemampuan dalam menyatukan keragaman jutaan rakyatnya.
Prof Udin pun ingin semakin menguatkan semangat Soekarnoisme melalui partisipasinya pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024. Penyandang Profesor bidang Informatika ini blak-balakan menyebutkan jika paham Soekarnoisme menjadi motivasi baginya.
“Apa yang sudah dilakukan, yang sudah ditinggalkan oleh beliau, kemerdekaan, persatuan di antara perbedaan yang kita rasakan saat ini adalah motivasi saya. Saya ingin semakin menguatkan semangat Soekarnoisme itu melalui PDIP, dan dirasakan kembali oleh masyarakat Bangka Belitung yang dekat dengan PDIP,” pungkasnya. (Rz)